PENGARUH ASAM LEMAK BEBAS
TERHADAP
KUALITAS MINYAK KELAPA SAWIT
I.
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis Guineensis
Jack) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.
Kelapa sawit juga mampu berperan menggantikan peran kelapa (Cocos Nucifera)
sebagai bahan baku/mentah bagi industry pangan maupun nonpangan.
Minyak
kelapa sawit merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Minyak
kelapa sawit yang baik akan meningktkan nilai ekonomisnya dan nilai gunanya.
Minyak kelapa sawit yang baik salah satunya dipengaruhi oleh Asam Lemak Bebas
(ALB). Saya membuat judul tersebut dilatar belakangi oleh rendahnhya kualitas
minyak kelapa sawit yang disebabkan oleh Asam Lemak Bebas.
II.
Tujuan
a. Menyelesaikan tugas
mata kuliah kimia
b. Mengetahui pengaruh
asam lemak bebas terhadap minyak kelapa sawit
c. Mengetahui cara
membut makalah
II. TINJAUAN PUSTAKA
Asam lemak (fatty acid) adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil. Bersama-sama dengan gliserol, asam lemak merupakan penyusun utama minyak nabati atau
lemak yang merupakan bahan baku untuk semua lipid pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak
goreng, margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara
alami, asam lemak bisa berbentuk bebas sebagai lemak yang terhidrolisis maupun
terikat sebagai gliserida. Asam lemak merupakan asam lemah dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berbentuk cair atau padat pada suhu ruang 27°C. Semakin panjang
rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut.
Berdasarkan
cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh
hanya memiliki ikatan
tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki
paling sedikit satu ikatan
ganda di antara
atom-atom karbon penyusunnya.
Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah
bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh
mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak. Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk:
cis dan trans. Semua asam lemak nabati alami hanya memiliki bentuk cis (dilambangkan dengan
"Z", singkatan dari bahasa Jerman “zusammen”).
Asam lemak bentuk trans (trans fatty acid, dilambangkan dengan
"E", singkatan dari bahasa Jerman “entgegen”) hanya diproduksi oleh sisa metabolisme hewan atau
dibuat secara sintetis. Akibat polarisasi atom H, asam lemak cis memiliki rantai yang melengkung.
Asam lemak trans karena atom H-nya
berseberangan tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya tetap
relatif lurus.
Asam
lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat
sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan
oksidasi, biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak
sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan
adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama
reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak bebas yang
terbentuk (Anonim, 2001). Dalam perhitungan kadar asam lemak bebas minyak sawit
dianggap sebagai Asam Palmitat (berat molekul 256). Daging kelapa
sawit mengandung enzim lipase yang dapat menyebabkan kerusakan pada mutu
minyak ketika struktur seluler terganggu. Enzim yang berada didalam jaringan
daging buah tidak aktif karena terselubung oleh lapisan vakuola, sehingga tidak
dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung pada daging buah. Masih
aktif di bawah 15oC dan non aktif dengan temperatur diatas 50oC.
Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam lemak
bebas.
Asam lemak
tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat dengan
rumus kimia R-COOH atau
R-CO2H. Contoh yang cukup sederhana misalnya adalah H-COOH (asam format),
H3C-COOH
(asam asetat),
H5C2-COOH (asam propionat), H7C3-COOH (asam butirat)
dan seterusnya mengikuti gugus alkil yang mempunyai ikatan valensi tunggal, sehingga membentuk rumus bangun alkana.
Asam Lemak
Bebas Dari Buah Kelapa Sawit
CH2RCOO
CH2OH
l
l
CHRCOO + 3H2O
<---> CHOH +
३ RCOOH
l
l
CH2RCOO
CH2OH
TAG
+ H2O <---> DAG
+ ALB
DAG
+ H2O <---> MAG
+ ALB
MAG
+ H2O <---> Gliserol + ALB
Ketengikan (rancidity) terjadi karena asam lemak
pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat campuran dari
berbagai produk ini.
Reaksi hidrolisis lemak
bersifat reversible merupakan reaksi kesetimbangan kondisi tercapai bila
kecepatan reaksi pemecahan lemak sama dengan reaksi pembentukan lemak.
Reaksi hidrolisis lemak berlangsung secara bertahap yaitu pembentukan isomer diasilgliserol, proses pembentukan alpha dan betha monoasilgliserol dan proses pembentukan gliserol.
Reaksi hidrolisis lemak berlangsung secara bertahap yaitu pembentukan isomer diasilgliserol, proses pembentukan alpha dan betha monoasilgliserol dan proses pembentukan gliserol.
Sebelum proses ektraksi minyak
dilakukan, pertama sekali buah direbus di dalam stelizer. Salah satu tujuannya
yaitu mengnonaktifkan aktifitas enzim. Didalam buah kelapa sawit ada enzim lipase dan oksidase yang tetap
bekerja sebelum enzim itu dihentikan dengan cara fisika dan kimia.
Cara fisika yaitu dengan cara
pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein.
Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahnya kembali menjadi asam lemak bebas (ALB).
Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahnya kembali menjadi asam lemak bebas (ALB).
Enzim Oksidase berperan dalam proses pembentukan
peroksida yang kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan aldehide dan
kation. Senyawa yang terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi ALB
yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan
oksidase.
Aktifitas enzim semakin tinggi
apabila buah mengalami luka. Untuk mengurangi aktifitas enzim sampai di pabrik
kelapa sawit diusahakan agar buah tidak rusak dan buah tidak busuk. Enzim
tersebut tidak aktif lagi pad temperatur 50 derajat C. Karena itu perebusan di
dalam sterilizer pada temperatur 120 derajat C akan menghentikan enzim.
Variabel Yang Sangat Berpengaruh Terhadap
Asam Lemak Bebas
Beberapa variabel proses yang sangat
berpengaruh terhadap perolehan asam lemak seperti pengaruh suhu, kematangan
buah, kadar pelukaan buah, pengadukan, penambahan air, penambahan CPO dan lama
penyimpanan.
1.Pengaruh Temperatur
Dari hasil penelitian, diperoleh
bahwa kadar asam lemak yang paling tinggi didapat pada suhu kamar (25oC
– 27oC). Enzim lipase pada buah kelapa sawit sudah tidak aktif pada
suhu pendinginan 8oC dan pada pemanasan pada suhu 50oC.
Secara umum temperatur sangat
berpengaruh pada reaksi kimia, dimana kenaikan temperatur akan menaikkan kecepatan
reaksi. Sifat enzim yaitu inaktif pada suhu tinggi, maka pada proses
enzimatis ada batasan suhu agar enzim dapat bekerja secara optimal. Penurunan
aktifitas enzim pada suhu tinggi diduga diakibatkan oleh denaturasi protein. Pada
suhu rendah, aktifitas enzim juga menurun yang diakibatkan oleh denaturasi
enzim.
2. Pengaruh Penambahan Air
Air mempunyai pengaruh pada reaksi
yang terjadi, dan pengaruh ini pada dasarnya adalah membantu terjadinya kontak
antara substrat dengan enzim. Enzim lipase aktif pada permukaan (interface)
antara lapisan minyak dan air, sehingga dengan melakukan pengadukan, maka
kandungan air pada buah akan mampu untuk membantu terjadinya kontak ini.
Pada proses hidrolisa ini, secara
stokiometri air pada buah sudah berlebih untuk menghasilkan asam lemak (kadar
air pada buah adalah sekitar 28%), tetapi karena air ini berada pada padatan
maka perlu dilakukan pelumatan buah dan selanjutnya dilakukan pengadukan.
Disamping itu, untuk mengatasi/mencegah kekurangan air. Pengaruh kadar air pada
produk yang dicapai sangat besar, dimana kandungan air yang sangat besar ini
mengakibatkan reaksi antara asam lemak dan gliserol tidak dapat terjadi dengan
baik.
3. Pengaruh Pelukaan dan
Pengadukan Buah
Enzim lipase tidak berada dalam
minyak, tetapi berada dalam serat. Tingkat pelukaan buah dan pengadukan sangat
berpengaruh terhadap proses hidrolisa karena akan membantu terjadinya kontak
antara enzim dan minyak (substrat). Hal ini karena posisi enzim lipase pada
buah sawit belum diketahui secara pasti, sehingga untuk mengatasi hal ini maka
buah harus dilumat sampai halus, kemudian minyak dan seratnya dicampur kembali.
Dengan proses seperti ini terbukti bahwa kadar asam lemak yang diperoleh lebih
tinggi dibandingkan jika buah tidak dilumat sampai halus (hanya
dimemarkan/dilukai).
Pengaturan kecepatan pengadukan pada
reaksi ini perlu dilakukan, karena pada proses ini pengadukan berpengaruh
kepada waktu kontak antara air, substrat dan enzim. Disamping itu, karena yang
diaduk adalah campuran serat dan minyak, maka pemilihan rancangan pengaduk
sangat perlu untuk diperhatikan.
4. Pengaruh Kematangan Buah
Buah yang terdapat pada satu tandan
buah kelapa sawit tidak akan matang secara serempak. Buah yang berada pada
lapisan luar biasanya lebih matang jika dibandingkan dengan buah yang berada
pada bagian yang lebih dalam. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan persentase
minyak yang terdapat pada setiap buah yang berada dalam satu tandan.
Pada buah kelapa sawit, semakin
matang buah maka kadar minyaknya akan semakin tinggi. Dengan semakin tingginya
kadar minyak pada buah maka proses hidrolisa secara enzimatis akan semakin
cepat terjadi, sehingga perolehan asam lemak akan lebih tinggi.
5. Pengaruh Lama Penyimpanan
Secara alami asam lemak bebas akan
terbentuk seiring dengan berjalannya waktu, baik karena aktifitas mikroba
maupun karena hidrolisa dengan bantuan katalis enzim lipase. Namun demikian
asam lemak bebas yang terbentuk dianggap sebagai hasil hidrolisa dengan
menggunakan enzim lipase yang terdapat pada buah sawit.
6. Pengaruh Penambahan CPO
Pada proses ini, kecepatan reaksi
lebih rendah jika penambahan kadar CPO terhadap campuran antara serat dan
minyak semakin meningkat. Hal ini dapat terjadi karena enzim lipase yang berada
pada buah sudah jenuh atau jumlahnya terbatas, sementara jumlah substrat sudah
sangat berlebih. Kecepatan reaksi bergantung kepada konsentrasi enzim
lipase, bukan pada konsentrasi substrat.
Sifat-sifat enzim lipase adalah
sebagai berikut :
• Temperatur optimum: 35 oC, pada suhu 50 oC enzim sebagian
besar sudah rusak.
• pH optimum : 4,7 – 5,0
• Berat molekul : 45000-50000
• Dapat bekerja secara aerob maupun anaerob
• ko-faktor : Ca++, Sr++, Mg++. Dari ketiga ko-faktor ini yang paling efektif adalah Ca++
• Inhibitor : Zn2+, Cu2+, Hg2+, iodine, versene
• pH optimum : 4,7 – 5,0
• Berat molekul : 45000-50000
• Dapat bekerja secara aerob maupun anaerob
• ko-faktor : Ca++, Sr++, Mg++. Dari ketiga ko-faktor ini yang paling efektif adalah Ca++
• Inhibitor : Zn2+, Cu2+, Hg2+, iodine, versene
Aturan penamaan
Beberapa aturan penamaan dan simbol telah dibuat untuk
menunjukkan karakteristik suatu asam lemak. Nama sistematik dibuat untuk
menunjukkan banyaknya atom C yang menyusunnya (lihat asam alkanoat). Angka di depan nama menunjukkan posisi ikatan ganda
setelah atom pada posisi tersebut. Contoh: asam 9-dekanoat, adalah asam dengan
10 atom C dan satu ikatan ganda setelah atom C ke-9 dari pangkal (gugus karboksil). Nama lebih lengkap diberikan dengan memberi tanda
delta (Δ) di depan bilangan posisi ikatan ganda. Contoh: asam Δ9-dekanoat.
Simbol C diikuti angka menunjukkan banyaknya atom C yang
menyusunnya; angka di belakang titikdua menunjukkan banyaknya ikatan ganda di antara rantai C-nya). Contoh: C18:1, berarti asam
lemak berantai C sebanyak 18 dengan satu ikatan ganda.
Lambang omega (ω) menunjukkan posisi ikatan ganda
dihitung dari ujung (atom C gugus metil).
Beberapa asam lemak
Berdasarkan panjang rantai atom karbon (C), berikut
sejumlah asam lemak alami (bukan sintetis) yang dikenal. Nama yang disebut
lebih dahulu adalah nama sistematik dari IUPAC dan diikuti dengan nama trivialnya.
-Dan lain-lain.
Biosintesis asam lemak
Pada daun hijau tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas. Pada bagian lain tumbuhan dan pada sel hewan (dan
manusia), asam lemak dibuat di sitosol. Proses esterifikasi (pengikatan menjadi lipida) umumnya terjadi pada sitoplasma, dan minyak (atau lemak) disimpan pada oleosom.
Banyak spesies tanaman menyimpan lemak pada bijinya (biasanya pada bagian kotiledon) yang ditransfer dari daun dan organ berkloroplas lain.
Beberapa tanaman penghasil lemak terpenting adalah kedelai, kapas, kacang tanah, jarak, raps/kanola, kelapa, kelapa sawit, jagung dan zaitun.
Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan
tumbuhan relatif sama. Berbeda dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri
kebutuhan asam lemaknya, hewan kadang kala tidak mampu memproduksi atau
mencukupi kebutuhan asam lemak tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari
luar ini dikenal sebagai asam lemak esensial
karena organisme yang memerlukan tidak memiliki cukup enzim untuk membentuknya.
Biosintesis asam lemak alami merupakan cabang dari daur Calvin, yang memproduksi glukosa dan asetil-KoA. Proses berikut ini terjadi pada daun hijau
tumbuh-tumbuhan dan memiliki sejumlah variasi.
Kompleks-enzim asilsintase III (KAS-III) memadukan malonil-ACP (3C) dan asetil-KoA (2C) menjadi butiril-ACP (4C) melalui empat tahap
(kondensasi, reduksi, dehidrasi, reduksi) yang masing-masing memiliki enzim
tersendiri.
Pemanjangan selanjutnya dilakukan secara bertahap, 2C
setiap tahapnya, menggunakan malonil-KoA, oleh KAS-I atau KAS-IV. KAS-I
melakukan pemanjangan hingga 16C, sementara KAS-IV hanya mencapai 10C. Mulai
dari 8C, di setiap tahap pemanjangan gugus ACP dapat dilepas oleh enzim
tioesterase untuk menghasilkan asam lemak jenuh bebas dan ACP. Asam lemak bebas
ini kemudian dikeluarkan dari kloroplas untuk diproses lebih lanjut di sitoplasma, yang dapat berupa pembentukan ikatan ganda atau esterifikasi dengan gliserol menjadi trigliserida (minyak atau lemak).
Pemanjangan lebih lanjut hanya terjadi bila terdapat
KAS-II di kloroplas, yang memanjangkan palmitil-ACP (16C) menjadi stearil-ACP
(18C). Enzim Δ9-desaturase kemudian membentuk ikatan ganda, menghasilkan
oleil-ACP. Enzim tioesterase lalu melepas gugus ACP dari oleat. Selanjutnya,
oleat keluar dari kloroplas untuk mengalami perpanjangan lebih lanjut.
Nilai gizi
Asam lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP). Karena itu kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan.
Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan.
Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik
karena lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh.
Posisi ikatan ganda juga menentukan daya reaksinya.
Semakin dekat dengan ujung, ikatan ganda semakin mudah bereaksi. Karena itu, asam lemak Omega-3 dan Omega-6 (asam lemak esensial) lebih bernilai gizi dibandingkan
dengan asam lemak lainnya. Beberapa minyak nabati (misalnya α-linolenat) dan
minyak ikan laut banyak mengandung asam lemak esensial (lihat macam-macam asam
lemak).
Karena mudah terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu
ruang, asam lemak yang dibiarkan terlalu lama akan turun nilai gizinya.
Pengawetan dapat dilakukan dengan menyimpannya pada suhu sejuk dan kering,
serta menghindarkannya dari kontak langsung dengan udara.
Kadar Asam Lemak Bebas
Kadar asam lemak bebas dalam minyak
kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas
lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak
berbau tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah
asam lemak bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil
mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam
lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14 (Ketaren,
1986).
Akibat Meningkatnya Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas dalam kosentrasi
tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak
bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan
usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan
asam lemak bebas ditentukan mulai dari tandan dipanen sampai tandan diolah di
pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak.
Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalm minyak sawit antara
lain:
-Pemanenan buah sawit yang tidak
tepat waktu
-Keterlambatan dalam pengumpulan dan
pengangkutan buah
-Penumpukan buah yang terlalu lama
-Proses hidrolisa selama di pabrik
(Anonim, 2001)
-Bahaya
Asam Lemak Bebas
Jaringan lemak melepaskan asam lemak
bebas dan gliserol ke dalam darah, di mana asam lemak tersebut diangkut dengan
albumian ke hampir semua organ. Dilain pihak, gliserol berjalan terutama ke
dalam hati dan sedikit ke dalam ginjal; hanya jaringan-jaringan ini tempatnya
dapat digunakan. Proporsi asam lemak bebas yang lebih besar dalam sirkulasi dikonversi
menjadi badan-badan keton, yang merupakan prinsip dalam hati. Badan-badan keton
adalah bentuk energi yang lebih larut dalam air dari pada asam lemak (Linder,
1992).
Asam lemak bebas terbentuk karena
proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam
bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan
mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni
tubuh. Timbulnya racun dalam minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila
lemak tersebut diberikan pada ternak atau diinjeksikan kedalam darah, akan
timbul gejala diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol
tak sempurna pada pusat saraf dan memperrsingkat umur.
Kadar kolesterol darah yang
meningkat berpengaruh tidak baik untuk jantung dan pembuluh darah telah
diketahui luas oleh masyarakat. Namun ada salah pengertian, seolah-olah yang
paling berpengaruh terhadap kenaikan kolesterol darah ini adalah kadar
kolesterol makanan. Sehingga banyak produk makanan, bahkan minyak goreng
diiklankan sebagai nonkolesterol.. Konsumsi lemak akhir-akhir ini dikaitkan
dengan penyakit kanker. Hal ini berpengaruh adalah jumlah lemak dan mungkin
asam lemak tidak jenuh ganda tertentu yang terdapat dalam minyak sayuran
(Almatsier, 2002).
Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
Alkalimetri adalah penetapan kadar
senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari
asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral.
Suatu indikator merupakan asam atau
basa lemah yang berubah warna diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak
terionisasinya. Sebagai contoh fenolftalein (pp), mempunyai pka 9,4 (perubahan
warna antara pH 8,4-10,4). Struktur fenolftalein akan mengalami perataan ulang
pada kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari pp
sehingga pH meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna (Rohman, 2007).
III. PEMBAHASAN
Minyak kelapa sawit mempunyai
perana penting dalam perdaganagan dunia. Berbagai industry, baik pangan maupun
non pangan banyak yang menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peran dan
kegunaan minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya haru diperhatikan sebab
sangat menentukan harga dan nilai komoditas ini. Dalam hal ini syarat mutu
diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional, yang melliputi kadar
ALB,air, kotoran, logam, peroksida dasn ukuran pemucatan.
ALB konsentrasi tinggi dalam
minyak sawit sangat merugikan. Tingginya ALB ini mengakibatkan rendemen minyak turun sehingga
mutu minyak menjadi menuurun. Apabila kadar ALB pda CPO meningkat melebihi
standar mutu yang telah ditetapkan mak CPO tersebut tidak dapt dijual. Hal ini menyebabkan
kerugian pada perusahaan penghasil CPO.
Kenaikan kadar ALB ditentukan
mulai dari saat tandan buah sawit di panen sampai tandan di olah di pabrik.
Pembentukan ALB pada buah disebabkan
pecahnya membran vakuola ( yang memisahkan minyak dari komponen sel)
sehingga minyak bercampur dengan air sel. Dengan dikatalisir oleh enzim lipase,
lemak terhidrolisa membentuk ALB dan gliserol. Semakin lama reaksi ini
berlangsung, maka semakin banyak ALB yang terbentuk.
Penentuan ALB pada CPO
menggunakan metoda titrasi asam basa, dengan menggunakan titran larutan KOH
dengan indicator Thymol blue. Sebelumnya larutan baku distandarisasi terlebih
dahulu dengan asam palmintat.
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat saya
buat dalam pembuatan makalah ini tentang pengaruh asam lemak bebas terhadap
kualitas minyak kelapa sawit yang dipengaruhi oleh :
1.Pengaruh
Temperatur
2.
Pengaruh Penambahan Air
3.
Pengaruh Pelukaan dan Pengadukan Buah
4.
Pengaruh Kematangan Buah
5.
Pengaruh Lama Penyimpanan
6.
Pengaruh Penambahan CPO
Semakin
tinggi rendemen asam lemak bebas maka minyak yang dihasilkan akan semakin
rendah mutunya, karena asam lemak bebas yang terlalu tinggi dapat merusak
kesehatan bagi manusia.
Asam lemak bebas dalam kosentrasi
tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak
bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan
usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.
DAFTAR
PUSTAKA
-Bagian
Tanaman PT Perkebunan VI, 1980, Kelapa Sawit, Pabatu, Tebing Tinggi, Deli
-Bonar,H.
dan H.A. Koasih, “Konsumsi Minyak Sawit”, Sasaran, No.12,Th.II, 1987
-http://free-rawwatertreatment.blogspot.com/2011/05/asam-lemak-bebas-dari-buah-kelapa- sawit.html (20 April
2013)
-Naibaho,P.M., “Diversifikasi Minyak Sawit dan Inti
Sawit dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing dengan Minyak Nabati Lainnya dan
Hewani”, Sasaran, No.27,Th,V,1991.
- Tim Laboratirium Kimia Analisis
Dasar,Jobsheet”Penentuan Asam Lemak Bebas
-Pada Minyak Goreng (ALB)” Palembang, Politeknik Negeri Sriwijaya
Jurusan Teknik Kimia.
Makasih ya atas informasinya sangat bermanfaat sekli
BalasHapusKolang kaling
Informasi yang sangat membantu, terimakasih
BalasHapusMenyelesaikan tugas mata kuliah kimia itu emang tujuan ya kak? hahaha nice info btw
BalasHapus